Kamis, 30 Mei 2013

Emas Melonjak, Ditopang Pelemahan Dollar dan Isu Berlanjutnya QE

    Emas menguat ke level tertinggi dalam dua pekan atas spekulasi bahwa Federal Rerseve akan pertahankan pembelian obligasi untuk meningkatkan perekonomian AS, sehingga meningkatkan permintaan untuk emas sebagai alat lindung.
      GDP AS tumbuh 2.4% pada tingkat tahunan di kuartal pertama, departemen perdagangan mengatakan pada hari Kamis. Perkiraan analis menyebutkan untuk tidak adanya revisi dari laju 2.5% seperti yang dilaporkan pada awalnya. Untuk laporan terpisah, klaim awal pengangguran naik sebanyak 10.000 menjadi 354.000, di atas perkiraan analis di 340.000. Dollar merosot ke level terdalam lebih dari satu bulan terhadap mata uang utama.
     “Data hari ini mengindikasikan bahwa perekonomian belum sepenuhnya pulih, sehingga  The Fed tidak akan akhiri stimulus dengan terburu-buru,” kata Phil Streible, broker senior di R.J.O’Brien & Associates di Chicago. “Selain itu, pelemahan dollar juga membantu kuatkan harga emas.”

Rabu, 29 Mei 2013

Yen Melanjutkan Penguatan

      Yen melanjutkan penguatan di awal sesi Asia seiring merebaknya risk-aversion pasca jatuhnya bursa saham global. Bursa saham dunia melemah seiring investor khawatir Fed akan segera mengurangi stimulus moneter di tengah munculnya bukti akan berlanjutnya momentum pemulihan ekonomi AS. USD/JPY kini diperdagangkan 100.90; coba menjauhi level tinggi harian 101.15 
      Kembali meningkatnya biaya pinjaman (yield) obligasi pemerintah Jepang juga turut menguatkan yen. Yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik 3 bps menjadi 0.93%; mendekati level tinggi minggu lalu 1%. Kenaikan yield obligasi dapat menggerogoti nilai portfolio perbankan Jepang yang banyak memiliki obligasi pemerintah Jepang. Ini berarti potensi kerugian perbankan Jepang dapat meningkat jika yield obligasi terus meningkat. Jika perbankan Jepang mengalami potensi kerugian yang signifikan maka ini dapat memaksa perbankan untuk menarik investasinya di luar negeri kembali ke Jepang.

Emas Berakhir Tinggi Setelah Anjlok Selama 2-Sesi

     Emas berakhir lebih tinggi pada hari Rabu seiring menguatnya euro yang membantu harga emas menutup sebagian besar dari kerugian dalam dua sesi perdagangan terakhir.
   Harga emas masih menuju penurunan untuk bulan  kedua berturut-turut. “Emas secara umum masih konsolidatif, di dukung oleh pelemahan dollar dan turunnya bursa saham pada hari ini dan adanya bukti lanjutan dari kuatnya pembelian fisik di Asia,” ujar Peter Grant, analis di USA Gold.
    Namun “yang membebani emas saat ini adalah tren keatas pada ekuitas, bersamaan dengan perkiraan yang kuat bahwa (The Fed) mungkin akan memulai pengurangan akomodasi yang lebih cepat,” tambahnya.

Kamis, 09 Mei 2013

Dalam 2 Tahun, Emas Menuju 1000 USD/oz ?

Pasar Emas telah priced in kemungkinan titik bottom pertumbuhan AS pada tahun 2013 ini, mendorong spekulasi atas berakhirnya QE3 dan kebijakan Zero Interest Rate Policy (ZIRP) bersamaan dengan berkurangnya ekspektasi inflasi. Bahkan jika pertumbuhan AS tidak sesuai ekspektasi-pun, sektor swasta AS berpotensi alami proses "deleveraging", sehingga meningkatkan peluang atas berakhirnya kebijakan stimulus AS dan pada akhirnya arus modal para investor akan bergeser pada aset “bebas resiko” lainnya selain Emas, situasi ini menyebabkan adanya peluang penurunan harga Emas long term, mendekati level pra-krisis di kisaran 1000 USD/oz di akhir 2015 secara fundamental.
Berikut dibawah ini beberapa penjelasan fundamental terhadap potensi downtrend Emas di jangka panjang:
Sekedar mereview, kejatuhan Emas yang tajam pada 15 April lalu disebabkan oleh kekhawatiran penjualan Emas negara perifer EU, selain itu ada kemungkinan juga faktor lainnya seperti likuidasi hedge fun, loss covering. Penjelasan faktor Cyprus ini sebenarnya cukup janggal, karena penjualan Emas Cyprus sebesar 14 metric ton, tergolong kecil jika dibandingkan arus capital outflow dari produk ETF Emas sebesar 230 metric ton sejak awal tahun ini, atau masih relative kecil juga dibanding net buy bank sentral dengan rata-rata 440 metric ton per tahun, sehingga penjualan Emas Cyprus bila dicermati tidak terlalu berdampak besar pada pasar Emas. 

Adapun faktor yang dapat menyokong apresiasi Emas seperti yang tampak pada pergerakan Emas paska paska krisis adalah tingginya permintaan para investor terhadap aset Emas (hal ini tercermin pada aliran dana di bursa ETF) akibat para investor mencari hedging terhadap resiko atau hendak mencari yield yang lebih tinggi melakukan switching dari obligasi karena tingkat suku bunga riil menurun. Hal ini juga menjelaskan mengapa harga Emas sempat melemah 34% dan dengan cepat melambung ke level tertinggi barunya pada tahun 2008.
Pada grafik dibawah ini dapat kita perhatikan, tingkat suku bunga riil yang berkorelasi negatif dengan Emas, ketika tingkat suku bunga riil menjadi negatif paska QE2, harga Emas mencapai equilibrium, di tengah berbagai faktor lainnya seperti debat plafon utang, resiko keluarnya Yunani dari zona Euro, krisis perbankan zona Euro, ketegangan Iran, dan akhirnya kucuran stimulus QE3 yang menyebabkan siklus kenaikan Emas berlanjut.
Namun permintaan Emas akibat faktor negatif interest rate dan faktor lainnya yang dijelaskan diatas, kemungkinan akan berangsung pudar sehingga memicu pelemahan Emas kedepannya, seiring dengan kenaikan tingkat suku bunga riil secara gradual akibat  perubahan aliran modal dimana aset “bebas resiko” lainnya seperti obligasi secara bertahap akan menjadi incaran para investor yang ingin melakukan hedging.


Di jangka pendek, masih rekomen sell on rallies, mengingat pergerakan harian Emas masih bisa naik turun seperti biasa seiring pertumbuhan AS yang makin lemah memasuki Q3 2013 akibat efek penuh dari “sequester”, namun di saat bersamaan program QE3 masih tetap dijalankan hingga akhir tahun. Oleh sebab itu pelemahan Emas akhir-akhir ini mulai jenuh jual / oversold, dan menarik minat para pengusaha perhiasan dan permintaan bank sentral yang masih tinggi berhasil menjadi support bagi Emas. Secara ringkasnya meski harga Emas di jangka panjang cenderung melemah, namun rebound pendek masih dapat terjadi.
Rebound yang tampak pada minggu ini kemungkinan masih bisa berlanjut akibat resiko perdebatan plafon utang AS menjelang deadline 19 Mei nanti, meskipun masih ada harapan terjadinya kompromi anggaran diantara pemangku kebijakan AS, namun tidak dipungkiri sentimen positif masih berpotensi menopang Emas ke level resistennya di 1460 & 1553. Bagaimanapun perlu diwaspadai kenaikan ini bersifat terbatas dan cenderung spekulatif jika melakukan aksi buy, karena rentang penurunan Emas justru masih potensial menuju kisaran yang lebih dalam sehingga aksi sell on rallies lebih disarankan. Apalagi jika tampak indikasi perbaikan outlook makro AS secara gradual, atau terdapapat indikasi berakhirnya QE3 dan ZIRP menjadi lebih intens seiring dengan waktu.
Bagaimanapun juga mayoritas pemain Emas fisik menginginkan volatilitas, oleh sebab itu perlu diwaspadai adanya pendorong terbesar volatilitas harga Emas, yang telah datang dari permintaan investasi Emas dalam beberapa tahun terakhir, tercermin dalam aliran dana ETF, dan diikuti pengusaha perhiasan dan pembelian bank sentral (Gambar 4).
Penurunan tajam Emas sejak awal tahun ini telah didominasi oleh arus outflow dari ETF, yang berjumlah 227 metric ton atau hampir 9% dari level peuncah kepemilikan ETF 2,633 metric ton di bulan Desember, jumlah yang setara dengan 10% permintaan perhiasan global dan 40% dari permintaan bank sentral sepanjang 2012. Maka bila terdapat kenaikan permintaan Emas fisik, justru dapat dinilai sebagai peluang untuk mendapatkan harga short selling Emas di level yang lebih tinggi.