Pasar Emas telah priced in kemungkinan titik bottom
pertumbuhan AS pada tahun 2013 ini, mendorong spekulasi atas berakhirnya
QE3 dan kebijakan Zero Interest Rate Policy (ZIRP) bersamaan dengan
berkurangnya ekspektasi inflasi. Bahkan jika pertumbuhan AS tidak sesuai
ekspektasi-pun, sektor swasta AS berpotensi alami proses
"deleveraging", sehingga meningkatkan peluang atas berakhirnya kebijakan
stimulus AS dan pada akhirnya arus modal para investor akan bergeser
pada aset “bebas resiko” lainnya selain Emas, situasi ini menyebabkan
adanya peluang penurunan harga Emas long term, mendekati level
pra-krisis di kisaran 1000 USD/oz di akhir 2015 secara fundamental.
Berikut dibawah ini beberapa penjelasan fundamental terhadap potensi downtrend Emas di jangka panjang:
Sekedar mereview, kejatuhan Emas yang tajam pada 15 April lalu
disebabkan oleh kekhawatiran penjualan Emas negara perifer EU, selain
itu ada kemungkinan juga faktor lainnya seperti likuidasi hedge fun,
loss covering. Penjelasan faktor Cyprus ini sebenarnya cukup janggal,
karena penjualan Emas Cyprus sebesar 14 metric ton, tergolong kecil jika
dibandingkan arus capital outflow dari produk ETF Emas sebesar 230
metric ton sejak awal tahun ini, atau masih relative kecil juga
dibanding net buy bank sentral dengan rata-rata 440 metric ton per
tahun, sehingga penjualan Emas Cyprus bila dicermati tidak terlalu
berdampak besar pada pasar Emas.
Adapun faktor yang dapat menyokong apresiasi Emas seperti yang tampak
pada pergerakan Emas paska paska krisis adalah tingginya permintaan
para investor terhadap aset Emas (hal ini tercermin pada aliran dana di
bursa ETF) akibat para investor mencari hedging terhadap resiko atau
hendak mencari yield yang lebih tinggi melakukan switching dari obligasi
karena tingkat suku bunga riil menurun. Hal ini juga menjelaskan
mengapa harga Emas sempat melemah 34% dan dengan cepat melambung ke
level tertinggi barunya pada tahun 2008.
Pada grafik dibawah ini dapat kita perhatikan, tingkat suku bunga
riil yang berkorelasi negatif dengan Emas, ketika tingkat suku bunga
riil menjadi negatif paska QE2, harga Emas mencapai equilibrium, di
tengah berbagai faktor lainnya seperti debat plafon utang, resiko
keluarnya Yunani dari zona Euro, krisis perbankan zona Euro, ketegangan
Iran, dan akhirnya kucuran stimulus QE3 yang menyebabkan siklus kenaikan
Emas berlanjut.
Namun permintaan Emas akibat faktor negatif interest rate dan faktor
lainnya yang dijelaskan diatas, kemungkinan akan berangsung pudar
sehingga memicu pelemahan Emas kedepannya, seiring dengan kenaikan
tingkat suku bunga riil secara gradual akibat perubahan aliran modal
dimana aset “bebas resiko” lainnya seperti obligasi secara bertahap akan
menjadi incaran para investor yang ingin melakukan hedging.
Di jangka pendek, masih rekomen sell on rallies, mengingat pergerakan
harian Emas masih bisa naik turun seperti biasa seiring pertumbuhan AS
yang makin lemah memasuki Q3 2013 akibat efek penuh dari “sequester”,
namun di saat bersamaan program QE3 masih tetap dijalankan hingga akhir
tahun. Oleh sebab itu pelemahan Emas akhir-akhir ini mulai jenuh jual /
oversold, dan menarik minat para pengusaha perhiasan dan permintaan bank
sentral yang masih tinggi berhasil menjadi support bagi Emas. Secara
ringkasnya meski harga Emas di jangka panjang cenderung melemah, namun
rebound pendek masih dapat terjadi.
Rebound yang tampak pada minggu ini kemungkinan masih bisa berlanjut
akibat resiko perdebatan plafon utang AS menjelang deadline 19 Mei
nanti, meskipun masih ada harapan terjadinya kompromi anggaran diantara
pemangku kebijakan AS, namun tidak dipungkiri sentimen positif masih
berpotensi menopang Emas ke level resistennya di 1460 & 1553.
Bagaimanapun perlu diwaspadai kenaikan ini bersifat terbatas dan
cenderung spekulatif jika melakukan aksi buy, karena rentang penurunan
Emas justru masih potensial menuju kisaran yang lebih dalam sehingga
aksi sell on rallies lebih disarankan. Apalagi jika tampak indikasi
perbaikan outlook makro AS secara gradual, atau terdapapat indikasi
berakhirnya QE3 dan ZIRP menjadi lebih intens seiring dengan waktu.
Bagaimanapun juga mayoritas pemain Emas fisik menginginkan
volatilitas, oleh sebab itu perlu diwaspadai adanya pendorong terbesar
volatilitas harga Emas, yang telah datang dari permintaan investasi Emas
dalam beberapa tahun terakhir, tercermin dalam aliran dana ETF, dan
diikuti pengusaha perhiasan dan pembelian bank sentral (Gambar 4).
Penurunan tajam Emas sejak awal tahun ini telah didominasi oleh arus
outflow dari ETF, yang berjumlah 227 metric ton atau hampir 9% dari
level peuncah kepemilikan ETF 2,633 metric ton di bulan Desember, jumlah
yang setara dengan 10% permintaan perhiasan global dan 40% dari
permintaan bank sentral sepanjang 2012. Maka bila terdapat kenaikan
permintaan Emas fisik, justru dapat dinilai sebagai peluang untuk
mendapatkan harga short selling Emas di level yang lebih tinggi.