Selasa, 04 Maret 2014

Presiden Putin Redam Ketegangan di Eropa Timur

     Berita mengejutkan datang dari Eropa Timur beberapa saat lalu. Tentara Rusia yang beberapa hari terakhir berlatih di wilayah tengah dan barat negara tersebut sudah diperintahkan untuk kembali ke pangkalannya.

     Kabar tentang penarikan pasukan dari pusat komando strategis Rusia disambut baik oleh pelaku pasar finansial. Kontrak saham berjangka Amerika Serikat langsung naik, dan di sisi lain harga emas dan minyak langsung anjlok. Aksi hindar risiko yang terjadi kemarin langsung sirna pasca berita media tentang meredanya risiko konflik militer di wilayah Rusia dan Ukraina.

      BBC melaporkan bahwa Presiden Vladimir Putin merasa puas dengan keberhasilan latihan militer dan sudah memerintahkan tentaranya untuk kembali. Sejak pertama kali diadakan pada hari Rabu lalu, latihan militer Rusia memicu ketegangan politik dengan pihak barat, terutama Amerika Serikat. Pasalnya aktivitas militer Rusia digelar dekat perbatasan Ukraina, negara yang sedang mengalami transisi politik. Masyarakat internasional khawatir kalau Rusia mengambil langkah invasi ke negara yang tengah vakum kekuasaan tersebut.

     Seperti diketahui Ukraina sedang menghadapi bencana ekonomi di tengah krisis kepemimpinan yang berlangsung hampir 3 bulan belakangan. Kurs mata uang negara pecahan Soviet ini bahkan merosot ke level terendah dalam empat tahun terakhir pekan lalu karena investor khawatir dengan perang ideologi ekonomi antara warga dan birokrat.

     Pangkal konflik Ukraina dimulai pada bulan Desember lalu saat pemerintah Rusia memberikan bantuan tunai senilai $3 miliar dari total jumlah hibah yang direncanakan mencapai $15 miliar kepada pihak Kiev. Sikap pemerintah yang menerima sodoran uang dari pihak Moskow dianggap tidak sesuai dengan ideologi ekonomi nasional oleh sebagian warga sehingga memicu gelombang demonstrasi di ibukota.

       Aksi demonstrasi antar elemen masyarakat sudah berlangsung nyaris empat bulan terakhir. Opini publik terpecah menyangkut kedekatan ekonomi politik Ukraina dengan pihak Rusia. Pihak yang gencar melakukan demonstrasi di ibukota Kiev adalah warga masyarakat yang ingin supaya negaranya lebih berkiblat ke zona Euro, dan bukan merapat ke Rusia. Merespon sikap agresif demonstran, perdana menteri Mykola Azarov awal bulan ini memutuskan untuk mundur demi mencegah perang saudara. Presiden Viktor Yanukovych, sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas proyek pinjaman dana ke Rusia, langsung bereaksi dengan membuka pintu perundingan dengan pihak oposisi guna membahas konflik politik. Sayangnya semua proses negosiasi masih menemui jalan buntu. Bukannya membaik, kondisi kini justru semakin pelik. Presiden Yanukovych melarikan diri ke Rusia pasca mengundurkan diri dari posisinya. Alhasil situasi di Kiev kian tidak terkendali karena kekerasan meluas ke berbagai penjuru kota. 

      Sejak vakum kekuasaan, ketegangan antara Rusia dan negara barat terus meningkat. Sebagai negara sekutu Ukraina, Rusia merasa berkepentingan menjaga stabilitas politik di wilayahnya dan melindungi keselamatan warganya. Atas dasar itulah presiden Vladimir Putin pekan lalu memobilisasi pasukan bersenjata guna bersiaga di wilayah perbatasan kedua negara. Namun sampai sekarang Putin sendiri belum mengatakan apa alasannya untuk memperkuat komando militer di dekat perbatasan.   

[Harga emas saat ini terpantau pada posisi $1338.29 dan cenderung melemah. Minyak bertengger di level $103.97 per barel.]