Pada hari Jumat, pemerintah AS merilis data non-farm payroll
yang telah ditunggu-tunggu oleh investor. Departemen Tenaga Kerja AS
pada hari Jumat merilis data NFP sebesar 195.000 tenaga kerja baru untuk
bulan Juni, sementara perkiraan ekonom sebesar 163.000 tenaga kerja
baru. Lonjakan jumlah tenaga kerja tersebut memperkuat spekulasi Federal Reserve
akan mengurangi program stimulus moneter pada bulan September,
mengingat jumlah tenaga kerja baru menjadi salah satu indikator Federal
Reserve untuk mengurangi stimulus moneternya. Akibat spekulasi tersebut
indeks dollar terhadap mata uang utama menguat 0.75% menjadi 84.44.
Berbeda dengan the Fed yang kemungkinan segera mengurangi program
stimulus moneternya, ECB dan BoE pada hari Kamis justru menyatakan tidak
ada rencana untuk segera memperketat kebijakan moneternya. Kedua
situasi tersebut membuat euro dan sterling merosot tajam selama dua hari
berturut-turut. Pada hari Jumat Euro anjlok 0.6% menjadi $1.2832
menjadi level terendah sejak bulan Mei lalu. Sementara sterling merosot
1.2% menjadi $1.4890, menjadi level terendah sejak bulan Maret.
Perhatian investor kini tertuju pada notulen rapat FOMC dan komentar
dari Ketua Federal Reserve, Ben Bernanke, pada hari Kamis dini hari
waktu Indonesia. Investor akan melihat petunjuk lebih lanjut tentang
rencana the Fed untuk mengurangi stimulus, jika ada petunjuk yang pasti
the Fed akan segera mengurangi stimulus, maka dollar akan semakin
menguat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar