Amerika
Serikat saat ini ibaratnya sebuah mobil yang mogok karena akinya soak.
Sejak krisis kredit perumahan melanda pada tahun 2008, segala macam
upaya telah dilakukan untuk membangunkan aktivitas ekonominya. Suku
bunga terus diturunkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Saat ini
suku bunga Treasuries 10 tahun telah berada di level yang sangat rendah,
yaitu 0.25%. Sampai dengan saat ini sepertinya tidak ada tanda-tanda
perbaikan. Tingkat pengangguran tetap tinggi di level 8% dan masyarakat
masih berharap-harap cemas. Tingkat kepercayaan masyarakat benar-benar
telah runtuh dan terus-menerus memburu emas yang dianggap sebagai safe heaven. Dengan cepat harga emas terus melambung ke level yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Pandangan
mata dunia keuangan terus tertuju pada The Fed yang jumpalitan
melakukan akrobat untuk menyelamatkan ekonomi AS. Setelah menurunkan
suku bunga ke titik nadir, The Fed meluncurkan kebijakan QE (Quantitative Easing) untuk membeli obligasi federal yang mulai membusuk dengan mencetak uang baru.
Pada episode kali ini, The Fed mengerahkan jurus terbarunya, yaitu Operation Twist.
Seperti namanya, operasi ini dilakukan dengan menukar surat utang
jangka pendek dengan surat utang jangka panjang. Setelah meluncurkan
kebijakan QE, saat ini The Fed telah memiliki obligasi federal
yang bernilai sekitar $1,65 triliun. Sebagian besar obligasi tersebut
berdurasi menengah (medium-term) yang akan jatuh tempo dalam satu atau
dua tahun. Jadi, The Fed berencana untuk menukarkan obligasi yang
dimilikinya tersebut dengan obligasi yang lebih panjang masa jatuh
temponya. Hal inilah yang membedakan Operation Twist dengan QE. Pada Operation Twist, The Fed membeli surat berharga jangka panjang dengan cara trade-in (menukar) yang berbeda dengan QE di mana pembelian dilakukan dengan mencetak uang baru.
Apa maksud dari operasi ini?
Suku bunga surat berharga jangka panjang akan berkaitan dengan suku bunga KPR (Kredit Kepemilikan Rumah), belanja perusahaan (Capital Expenditure / Capex),
ataupun suku bunga KPM (Kredit Kepemilikan Mobil). Dengan kata lain,
surat berharga jangka panjang berkaitan erat dengan bergeraknya roda
perekonomian. Sementara itu, suku bunga surat berharga jangka pendek
berkaitan dengan perputaran valas ataupun kebutuhan modal kerja (working capital).
Saat
operasi tersebut dijalankan, permintaan atas surat berharga jangka
panjang akan meningkat sehingga harganya akan naik. Dengan demikian, yield
(imbal hasil) akan menurun. Kok bisa? Ya bisa lah. Hal tersebut sama
saja seperti apabila kita membeli saham dengan harga yang mahal, potensi
imbal hasil kita akan menurun juga. Yield merupakan perbandingan antara bunga dengan harga. Apabila harga naik otomatis yield-nya akan turun. Yield berkaitan dengan suku bunga. Apabila yield turun, maka suku bunga juga turun.
Jadi,
inti dari kebijakan ini serupa dengan yang sudah-sudah yaitu menurunkan
suku bunga untuk merangsang laju pertumbuhan ekonomi. Sebenarnya
kebijakan ini pernah dilakukan pada masa pemerintahan John F. Kennedy
pada tahun 1961. Saat itu ekonomi AS sedang lesu dan operasi ini
dilakukan untuk menambah darah. Sayangnya saat itu efeknya tidak terlalu
terasa karena hanya mampu sedikit menurunkan tingkat suku bunga. Nama Operation Twist sendiri diilhami oleh lagu yang dinyanyikan oleh Chubby Checker dengan judul “Twist”.
Pernahkan
Anda mencoba menstarter mobil yang mogok karena akinya soak? Sampai
berkali-kali pun mesin tetap tidak mau menyala. Jika memang kondisinya
seperti itu, mungkin bukan ide yang buruk untuk mencoba cara lain. Kita
bisa mencoba ‘memancing’ mobil agar menyala dengan menyambungkannya
dengan aki lain atau malahan mengganti akinya.
Saat
ini policy untuk memperbaiki kondisi ekonomi lebih ditekankan pada sisi
moneter. Ada baiknya mazhab Keynesian mulai ditengok kembali.
Pemerintah harus berperan lebih aktif untuk memacu tingkat kepercayaan
masyarakat dan menurunkan tingkat pengangguran.
Operation Twist dan Harga Emas
Emas
merupakan instrumen yang unik. Kita bisa melakukan analisis dan valuasi
terhadap saham dengan bantuan angka-angka yang ada di laporan keuangan.
Lalu apa yang bisa kita jadikan pegangan untuk mengetahui harga wajar
emas? Emas memang tidak seperti mata uang yang selalu dibuntuti oleh
suku bunga. Nilai emas selalu tetap sementara nilai mata uang selalu
melemah karena adanya inflasi. Yang bisa kita lakukan adalah memantau
kaitan pergerakan emas dengan parameter lainnya seperti tingkat inflasi
ataupun pertumbuhan GDP.
Sejujurnya,
harga emas lebih dipengaruhi oleh kondisi politik dan ekonomi. Semakin
buram gambarannya, semakin tinggi harga emas. Lalu bagaimana efek Operation Twist
terhadap harga emas? Umumnya harga emas akan melonjak ketika kondisi
ekonomi menjadi tidak menentu di mana suku bunga terus menurun untuk
merangsang pertumbuhan ekonomi. Sebuah pancingan yang berhasil terhadap
pertumbuhan ekonomi akan memicu The Fed untuk menaikkan suku bunga yang
berakibat kurang bagus terhadap harga emas. Hal ini pernah terjadi
ketika Volcker menjadi gubernur Fed. Saat ini suku bunga sudah teramat
sangat rendah dan peluru yang dimiliki untuk menurunkannya semakin
menipis. Jika memang ekonomi bangkit, sebuah keputusan The Fed untuk
menaikkan suku bunga akan menimbulkan spekulasi yang membuat harga emas
mengalami erosi. Saat ini terdapat ruang yang teramat luas bagi suku
bunga untuk naik.