Minggu, 24 Juli 2011

Emas Enggan Memudar

Harga emas menjauh dari level $1,600 pada hari Kamis (21/07) pasca kesepakatan resolusi hutang Yunani. Namun bukan berarti kiprah logam mulia berakhir begitu saja, masih ada kisruh hutang AS yang belum kunjung tuntas. 
Pakar keuangan berpendapat bahwa sekarang adalah waktu yang tepat bagi penyuka resiko. Terutama mereka yang tertarik melaba di kala ketidakpastian. "Saat ini merupakan periode yang sangat menarik," tutur Simon Ho, Direktur Eksekutif Triple 3 Partners. Ho menilai hanya ada dua kemungkinan bagi emas setelah 2 Agustus, yaitu naik bila kongres dan presiden mencapai mufakat dan turun, jika negosiasi masih buntu. 
 
Pengamat lain berpendapat bahwa aksi jual mungkin akan terjadi. Tetapi sifatnya hanya sesaat karena kesepakatan hutang saat ini hanyalah awal dari cerita hutang lain. "Seperti terlihat dalam 10 tahun belakangan, setiap momen sell-off emas adalah peluang beli," pungkas Warren Gilman, CEO dan Chairman CEF Holdings. Adapun pengelola keuangan lain merekomendasikan ETF dan option untuk mengendalikan tingkat resiko emas. Saham pertambangan emas juga layak dipilih karena harganya saat ini berada di bawah harga emas di pasar. Newmont misalnya, saham produsen emas terbesar ke dua dunia ini sudah jatuh sebanyak 4% sejak awal tahun 2011. Padahal spot emas sudah melambung sampai 12%. Meski demikian, profit usaha tetap searah dengan kenaikan harga emas sendiri.  
 
"Kita lihat bahwa rasio permintaan dan suplai sangat tidak konsisten," ulas Matthew Hegarty, Senior Equities Analyst di Global Value Investors. Ia menilai bahwa suplai tidak cukup mengimangi limpahan demand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar