Peningkatan ekonomi AS disertai normalisasi tingkat suku bunga
ditengah terbatasnya ekspektasi inflasi mengindikasikan level bottom
Emas masih potensial terbentuk dibawah previous low $1180. Sebelumnya
banyak analis yang memprediksikan Emas bakal menguat tajam hingga $2000
didasari oleh faktor ekspektasi inflasi yang sangat tinggi (double digit
inflation), namun ternyata ekspektasi tersebut salah akibat outlook
ekonomi AS yang lemah namun mengalami peningkatan dan kejatuhan harga
komoditas lainnya akibat pelambatan pertumbuhan China yang memicu
berakhirnya super cycle pada komoditas.
Di satu sisi, resiko di sektor keuangan seperti serangan militer
terhadap Iran, perpecahan zona Euro (Greece Exit) atau krisis sektor
perbankan zona Euro dan prospek default AS telah berkurang signifikan
meskipun masih exist. Resiko pelambatan ekonomi tajam di China / Hard
Landing juga sedikit mereda setelah serangkaian data ekonomi seperti
indeks PMI yang naik melampaui estimasi. Berkurangnya berbagai resiko
tersebut secara fundamental masih negatif untuk Emas, dan sebaliknya
akhir dari kebijakan easy money The Fed kemungkinan dapat menghindari
skenario deflasi di AS dan kembali menopang harga Emas.
Emas memang masih
dibutuhkan karena memegang peranan sebagi alat hedging terhadap inflasi
maupun resiko di sektor keuangan, namun saatnya untuk membeli belum
tepat sampai setidaknya permintaan investasi paska krisis keuangan yang
tampak pada laju inflow aset ETF berbasis Emas sepenuhnya ditarik.
Proses kebangkitan ekonomi AS kemungkinan dapat memicu arus capital
outflow dari investasi ETF berbasis Emas, dimana hal ini merupakan
kebalikan dari proses yang menyebabkan harga Emas menguat tajam dalam
kurun 2008 hingga pertengahan 2011, ketika para investor menumpuk dana
ke ETF berbasis Emas dengan kondisi yang terbalik, yakni kejatuhan suku
bunga riil dan meningkatnya resiko sektor keuangan. Ketika permintaan
yang terbangun dalam periode ini sepenuhnya ditarik khususnya tampak
pada indikator outflow ETF, maka harga Emas baru bisa kembali mendekati
level "fair value".
Berdasarkan laporan kepemilikan aset terakhir dari berbagai hedge
fund yang memegang ETF Emas secara perlahan mulai dikurangi, contohnya,
Paulson dan Third Point milik Daniel Loeb telah mengurangi kepemilikan
SPDR ETF. Sementara Soros Fund bakal telah menarik total kepemilikan
SPDR ETF Emasnya pada bulan Juni lalu.
Selanjutnya, jika para investor mulai mengantisipasi adanya skenario
normalisasi kebijakan moneter AS dan outlook baru dari perekonomian AS
dengan potensi pertumbuhan ekonomi mendekati 2.6% dan tingkat suku bunga
riil mendekati 3 - 4%. Barulah Emas bisa dikatakan mencapai level
bottom. Untuk sementara ini outlook ekonomi AS masih belum terlalu
menggembirakan dengan proyeksi laju GDP bangkit diatas 2.5% di tahun
2014, dan tingkat suku bunga 3 - 3.5% di akhir tahun 2014. Maka masih
terdapat resiko bahwa Emas belum mencapai level bottomnya.
Dari sisi supply demand, akselerasi aksi pembelian Emas oleh bank
sentral dunia masih sulit untuk terjadi mengingat kebutuhan
diversifikasi bank sentral emerging market sudah menyusut di tahun 2013
ketimbang di era cheap money yang disediakan oleh The Fed. Bagaimanapun
kita masih perlu menunggu data statistik yang disediakan oleh World Gold
Council untuk melihat bagaimana permintaan bank sentral selama Q2,
setelah pada Q1 yang lalu tampak penurunan permintaan investasi untuk
Emas pada level 109 metrik ton, level terendah sejak Q2 2011.
Oleh sebab itu kami ekspektasikan pola grafik Emas tahun 2008
berpotensi untuk terulang kembali seperti yang tampak pada grafik
dibawah ini, dimana tampak kemiripan pola pergerakan Emas saat ini
dengan pola 2008 tersebut. Yakni potensi kenaikan yang bersifat
sementara dan terkonsolidasi di dekat level atas, sebelum akhirnya
membentuk level bottom yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar