Kamis, 15 Maret 2012

Fundamental Masih Dukung Emas

     Harga emas akhirnya surut setelah memupuk kenaikan beberapa pekan terakhir. Kemarin logam mulia ini anjlok tajam 2% dan belum benar-benar pulih secara signifikan.
     Fenomena harga yang bisa dipelajari dari harga emas cukup menarik. Setelah menembus rekor $1900 per ons, emas turun dan tidak mampu meraih lagi level tersebut. Banyak pihak menurunkan definisi 'level tinggi' dari $1900 menjadi $1700. Jadi, saat harga mendekati kisaran itu, banyak investor langsung mencairkan labanya dan koreksi pun terjadi. Padahal pasar masih dinaungi kecemasan yang sama dan prospek ekonomi negatif yang tidak jauh berbeda. 
     Terlepas dari cerminan teknikal, secara makro fundamental emas masih sangat bagus. Pada event PDAC, salah satu konferensi sektor pertambangan terbesar dunia, muncul kecemasan pelaku industri soal masa depan eksplorasi emas. Isu yang berkembang pada pertemuan awal Maret lalu itu adalah tantangan produksi emas, baik dari sisi lahan maupun sokongan finansial. Beberapa perusahaan tambang mulai kekurangan modal akibat resesi dan semakin minimnya wilayah eksplorasi baru. Investor pertambangan mulai gamang dengan kinerja harga emas terkini sehingga enggan menurunkan modal dalam jumlah besar.
    Banyak perusahaan mengalihkan target operasi ke tambang-tambang di Afrika. Negara seperi Burkina Faso dan Pantai Gading disinyalir memiliki limpahan emas di dalam perut bumi. Apalagi di sana belum banyak korporasi pertambang besar yang beroperasi. Menurut laporan PriceWaterhouseCoopers, benua hitam adalah belahan dunia yang mempunyai kandungan emas substansial. Oleh karena itu, tren eksplorasi tahun 2012 akan menuju ke sana.
    "Kami berniat menggandeng perusahaan lokal di Afrika barat dalam perluasan bisnis," ujar Neil Woodyear, CEO Endeavour Moning Australia. Banyak perusahaan lain juga segera mengepakkan sayap dengan membangun joint venture dengan kongsi pertambangan lokal, yang sudah terbukti mampu mengeruk banyak komoditi emas. Namun skenario tidak akan berjalan mulus karena berbagai hal, seperti faktor politik, keamanan, birokrasi dan lain-lain. Banyak eksekutif perusahaan masih pikir-pikir sebelum melakukan ekspansi lebih lanjut ke wilayah baru. Apalagi makin banyak negara yang mengenakan biaya royalti dan pajak lebih tinggi sehingga turut membebani pendapatan usaha.
    Fundamental terkait persediaan masih sangat mendukung kinerja harga tahun ini. Sedangkan tingkat permintaan justru bertambah setiap tahun, khususnya di negara berkembang. "Limpahan permintaan akan memaksa perusahaan tambang untuk melakukan merjer dan akuisisi ke wilayah baru," ulas PriceWater dalam laporannya. Namun sampai segala sesuatunya jelas, harga masih akan terkondisi dengan iklim supply-demand saat ini. Pun jika nantinya banyak perusahaan berhasil mengeruk sumber emas baru, prosesnya akan berlangsung lama dan belum mampu mempengaruhi prospek jangka pendek dan menengah logam mulia. Dukungan ekstra datang dari proses penyelesaian krisis yang membutuhkan waktu lama. Program efisiensi Yunani saja dirancang sampai tahun depan, dan tidak menjamin perbaikan pasti terwujud. Sementara laju ekonomi yang pesat di beberapa negara (seperti China) diyakini melambungkan tingkat inflasi. Rangkaian kekhawatiran itu lebih dari cukup bagi emas untuk bisa mengulang rekor, meski tidak ada yang tahu kapan hal itu tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar