Kamis, 31 Oktober 2013

Langkah the Fed Picu Profit Taking Pada Emas

      Emas ditutup turun hampir sebanyak 2% pada hari Kamis, tertekan seiring aksi square posisi menjelang berakhirnya bulan Oktober, dan seiring aksi jual investor pasca outlook kebeijakan terkini dari Federal Reserve memberikan sejumlah kejutan. Kenaikan tajam pada indeks dollar juga menekan komoditas pasca data menunjukkan aktivitas bisnis di bagian Midwest AS melampaui ekspektasi di bulan Oktober, kontras dengan bukti-bukti perlambatan ekonomi belakangan ini.

      Trader lantai bursa emas pada Comex, Jonathan Jossen, mengatakan banyak yang melakukan penutupan posisi dan mempersiapkan dana untuk pajak akhir tahun pada 31 Oktober, hari terakhir tahun fiskal "Bursa saham relatif stabil hari ini, namun harga emas turun tajam,'' ucap Jossen.

Lihat Disclaimer
 

Rabu, 30 Oktober 2013

Pernyataan FOMC Mendongkrak Kinerja Dollar

     Dollar AS rally terhadap Yen dan beberapa mata uang utama lainnya pasca Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan program stimulus tidak berubah, namun mengabaikan referensi terhadap pengetatan kondisi keuangan. Yang mendorong para trader untuk kembali membeli Greenback dan memangkas ekspektasi penundaan tapering program pembelian $85 milyar obligasi per bulan sampai tahun depan. Selain mengakui jika shutdown parsial pemerintah pada awal bulan ini telah mempengaruhi prospek ekonomi, dalam pernyataan kebijakannya Fed juga menilai jika pasar tenaga kerja telah menunjukkan beberapa perbaikan lebih lanjut. 

     "Fakta bahwa Fed telah mengesampingkan pengetatan pasar keuangan terlihat sebagai hal yang hawkish bagi Saya," kata Boris Schlossberg, direktur manajer pada BK Asset Management di New York. "Pada dasarnya Fed masih mengisyaratkan kemungkinan bahwa mereka akan mengurangi laju pembelian aset lebih awal dari yang diharapkan. Yang membuka kembali peluang tapering di bulan Desember. Dan itu menguntungkan Dollar."

Kamis, 17 Oktober 2013

Fed Mungkin Akan Tunda Taper Hingga 2014

     Drama politik AS memang telah berakhir setelah parlemen menyetujui untuk mengakhiri government shutdowns dan menaikan plafon utang Paman Sam. Senat dan Kongres AS akhirnya setuju menormalkan kembali aktivitas pemerintahan Obama hingga 15 Januari dan menaikan plafon utang AS hingga 7 Februari 2014. Namun, kesepakatan yang dicapai lebih bersifat solusi sementara dan bukanlah solusi permanen atas masalah utang AS.

     Adanya pembatasan waktu atas pendanaan pemerintah dan plafon utang berarti AS dan dunia harus bersiap menghadapi drama politik kembali di awal tahun 2014. Dengan masalah utang AS yang belum terselesaikan maka ini mungkin dapat menunda Federal Reserve untuk memulai kurangi program pembelian obligasi (taper) hingga pertengahan tahun 2014.

     Pertemuan Federal Reserve di bulan September silam dapat digunakan sebagai petunjuk untuk pertemuan bank sentral AS di bulan Oktober dan Desember mendatang. Kekhawatiran atas masalah fiskal AS merupakan salah satu alasan Fed tidak mengubah program pembelian obligasi pada pertemuan September. Dan jangan lupa, dengan QE III (Quantitative Easing) juga diluncurkan tahun lalu untuk mengamankan pemulihan ekonomi AS di tengah berlarutnya masalah fiskal AS.

      Kecil kemungkinan Fed mulai tapering pada pertemuan 29-30 Oktober mendatang setelah government shutdowns AS menunda publikasi serangkaian data ekonomi AS yang diperlukan Fed untuk menilai keefektifan program QE-nya. Presiden Fed of Dallas, Richard Fisher, bahkan sinyalkan tidak akan mendukung pengurangan program pembelian obligasi di pertemuan Oktober. Sikap Fed’s Fisher ini perlu dicermati karena Fisher merupakan salah satu petinggi Fed yang enggan bank sentral AS memberikan stimulus untuk waktu lebih lama.

     Tapering di pertemuan Fed pada 17-18 Desember mendatang juga kecil kemungkinannya. Waktunya terlalu dekat dengan negosiasi kenaikan plafon yang akan mulai hangat menjelang penutupan tahun 2013. Government shutdows selama 16 hari sejak awal Oktober juga dapat mengurangi tenaga pemulihan ekonomi AS untuk beberapa bulan mendatang. Ini tentunya akan menjadi pertimbangan bagi Ben S. Bernanke untuk tidak mengubah program pembelian obligasinya menjelang masa pensiunnya.

     Tapering mungkin akan dimulai secepatnya pada akhir kuartal pertama 2014 jika parlemen AS berhasil menaikan plafon utang dan hindari government shutdowns kembali pada awal tahun 2014. Pimpinan Fed yang baru, Jenet Yellen, terkenal dengan sikap dovishnya dan dengan ketidak-pastian masalah fiskal AS maka Yellen mungkin tidak akan tergesa-gesa untuk memulai tapering.

      Kekhawatiran atas potensi drama politik AS kembali mungkin akan membuat Federal Reserve untuk lebih berhati-hati memutuskan waktu yang terbaik untuk mulai kurangi stimulus. Ini dapat mencegah potensi kejatuhan tajam harga emas. Emas cukup terpukul sejak awal tahun seiring pasar mulai antisipasi tapering Fed dan membaiknya kondisi ekonomi dunia. Jadi jika Fed menunda tapering untuk waktu yang lebih lama maka ini dapat memberikan sentimen positif untuk logam mulia hingga awal tahun 2014. Meski demikian, potensi rally terbatas mengingat tidak begitu banyaknya katalis pemicu rally. Berlanjutnya perbaikan ekonomi global akan membatasi daya tarik emas sebagai asset safe-haven.

Analisa Teknikal

      Pada grafik harian, pola candle stick “hammer” dapat memberikan peluang kenaikan bagi emas. Namun, potensi kenaikan mungkin terbatas seiring emas masih diperdagangkan di bawah Moving Average (MA) 50-100-200 dan di bawah trendline (garis hijau). Waspadai aksi profit-taking ketika emas menguji MA 100 ($1328), MA 50 ($1343), dan area trendline ($1356). Hanya level penutupan harian di atas trendline ($1356) yang dapat membuka peluang rally menguji resistance berikutnya $1375 (harga tertinggi 19 September) dan level psikologis $1400. Penurunan di bawah $1270 dapat digunakan sebagai area untuk kembali membeli emas dengan stop-loss $1245.



Rabu, 16 Oktober 2013

Fed Beige Book: Beberapa Distrik Mengalami Perlambatan Pertumbuhan

     Sekitar sepertiga dari wilayah AS mengalami pertumbuhan yang lebih lambat pada bulan September dan awal bulan Oktober, dengan sejumlah kecil laporan menunjukkan dampak dari shutdown pemerintah, berdasarkan hasil survey terbaru Federal Reserve atau yang dikenal dengan Beige Book.

     Setidaknya 4 dari 12 distrik, seperti Philadelphia, Richmond, Chicago dan Kansas City, melaporkan bahwa pertumbuhan telah melambat. Sedangkan 8 distrik lainnya hanya menunjukkan sedikit perubahan. Secara keseluruhan, survey ini masih memperlihatkan hasil yang relatif sama dengan apa yang terlihat di sebagian besar tahun 2013 yaitu level pertumbuhan “moderat sampai dengan sedang”.

     Pertumbuhan belanja konsumen AS terlihat masih lamban, di tengah meningkatnya penjualan mobil. Peritel dilaporkan masih tetap optimis dengan musim liburan mendatang. Sedangkan aktivitas konstruksi real estate dan perumahan menunjukkan peningkatan, meskipun sejumlah distrik melaporkan kekhawatiran atas kenaikan suku bunga KPR.

     Sementara pabrik-pabrik di AS masih melanjutkan pertumbuhan sederhana, dengan 3 distrik melaporkan percepatan aktivitas dan 3 distrik lainnya menderita perlambatan. Begitu pula dengan pertumbuhan lapangan kerja yang tetap moderat di tengah tekanan harga yang terbatas.
 
    Beige Book terbaru ini dirilis 2 pekan sebelum rapat kebijakan Fed berikutnya pada 29-30 Oktober mendatang, dimana mayoritas ekonom memperkirakan bank sentral AS masih akan mempertahankan laju program pembelian aset sebesar $85 milyar per bulan setelah memutuskan untuk menunda tapering pada pertemuan bulan September.

Selasa, 15 Oktober 2013

'Vonis bagi Amerika Jatuh di Akhir Oktober, Bukan Besok'

     Negosiasi antara pihak kongres dan pemerintah Amerika Serikat berjalan alot sampai pertengahan bulan Oktober. Kedua kubu, baik Republikan maupun Demokrat, enggan mengalah dalam proses tawar menawar politik. Pelaku pasar khawatir kalau perseteruan antar lembaga itu berlangsung sampai lebih dari 17 Oktober 2013.

    Pelaku pasar memang berhak khawatir dengan dinamika politik di Amerika Serikat. Khalayak beranggapan kalau Amerika akan berada dalam malapetaka besar jika resolusi tidak juga dicapai sebelum tanggal tersebut. Namun sesungguhnya, 17 Oktober bukan merupakan tanggal 'vonis mati' bagi negeri perekonomian terbesar dunia. Persepsi yang benar adalah pada tanggal ini Kementerian Keuangan [Treasury Department] akan kehilangan haknya untuk meminjam uang atau berhutang karena secara teknis batas hutang pemerintah sudah melampaui ketentuan $16.7 triliun. Untuk tetap beroperasi, kementerian bisa menggunakan dana kas yang tersisa atau menggalang dana dari sumber lainnya.

     Jika melihat pada jadwal bayar hutang, maka tanggal yang paling menentukan bagi nasib perekonomian Amerika adalah 31 Oktober 2013. Pada tanggal ini, pemerintah diharuskan membayar bunga hutang [obligasi] senilai $6 miliar dan membayar tagihan $57 miliar untuk membiayai jaminan sosial, tunjangan kesehatan [Medicare], dana militer dan upah lain-lain. Dua pekan kemudian [15/11/2013], tagihan lainnya akan datang berupa pembayaran hutang senilai $15 miliar yang mustahil dihindari apabila plafon belum juga dinaikkan.

    Ambruknya fondasi anggaran negara memang sudah bisa dihitung dari komposisi pengeluaran dan pendapatan pemerintah dalam basis harian. Uang belanja pemerintah di tahun 2013 adalah $13.3 miliar per hari, sementara pemasukan pajak hanya $10.8 miliar per hari [sumber: Capital Economics/CNBC]. Alhasil, prinsip besar pasak daripada tiang berlaku bagi kinerja anggaran karena menyisakan defisit harian senilai $2.5 miliar. Untuk menjalankan operasionalnya sehari-hari, Kementerian Keuangan masih bisa mengakses uang simpanan sekitar $36.5 miliar sebagai modal belanja. Namun penggunaannya maksimal hanya bisa sampai 14 hari sebelum seluruh dana dipastikan ludes tanpa bersisa.

      Agensi rating mafhum betul bahwa tanggal 17 Oktober belum menjadi momen hidup-mati bagi perekonomian Amerika. Oleh karena itu, Fitch Ratings beberapa saat lalu hanya menaikkan status kewaspadaan terhadap peringkat negeri adidaya, dan belum membuka pintu downgrade secara penuh. Sementara agensi DBRS sudah sejak pekan lalu menaruh Amerika dalam daftar negara berpotensi downgrade seraya memantau perkembangan terbaru dari Washington.

     Mengacu pada susunan jadwal jatuh tempo hutang Amerika Serikat, maka hampir bisa dipastikan bahwa kondisi pasar keuangan negara itu akan baik-baik saja pekan ini. Perputaran uang senilai $3.5 triliun di pasar modal tidak akan terguncang secara dramatis seandainya resolusi gagal dicapai sebelum 17 Oktober. Gejolak pasti ada walaupun skalanya tidak akan sebesar apa yang ditakutkan oleh investor aset berisiko dalam sebulan terakhir. Petaka sesungguhnya baru datang di akhir Oktober mendatang apabila kesepakatan tidak juga didapat oleh pihak kongres dan pemerintah. Efek krisis anggaran  negeri Paman Sam akan mengerucut jadi vonis gagal bayar atau dalam bahasa teknis keuangan disebut default alias bangkrut.

Fitch Ancam Turunkan Peringkat Kredit AS

    Fitch Ratings menperingatkan akan turunkan peringkat kredit AS akibat rendahnya komitmen politik untuk menaikan plafon utang Paman Sam. "Fitch masih yakin plafon utang akan dinaikan dalam waktu dekat. Namun, rendahnya komitmen politik dan fleksibilitas keuangan telah meningkatkan resiko default AS," tulis pernyataan Fitch yang memiliki outlook negatif untuk peringkat kredit AAA yang dimiliki AS. Fitch akan memutuskan apakah akhirnya akan menurunkan peringkat kredit AS hingga kuartal pertama 2014. 

     Fitch menegaskan penundaan kenaikan plafon utang AS telah menimbulkan pertanyaan akan kemampuan Paman Sam untuk memenuhi kewajibannya. Kementrian Keuangan AS telah utarakan pemerintah akan mencapai batas maksimum pinjaman pada 17 Oktober dan ini tentunya isyaratkan adanya resiko default. Fitch masih berasumsi bahwa AS masih memiliki kapasitas untuk membayar utangnya meskipun kenaikan plafon utang dilakukan sesaat setelah 17 Oktober.

Minggu, 13 Oktober 2013

Fed Dukung Berlanjutnya Stimulus, Akui Adanya Miskomunikasi

     Petinggi Federal Reserve pada hari Jumat mengatakan keputusan mereka untuk tidak mengurangi laju stimulus cukup bijaksana mengingat shutdown pada pemerintahan AS, sementara mengakui kesulitan untuk menyampaikan pesan kebijakan mereka belakangan ini. Gubernur Dewan Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral akan mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar untuk sementara waktu, terlepas dari keputusan yang akan diambil mengenai kapan untuk mengubah laju pembelian obligasi bulanannya.

    "Apa yang penting adalah langkah kebijakan secara keseluruhan, bukanlah laju pembelian aset," ucap Powell. "Kebijakan akan tetap sangat akomodatif untuk sementara waktu, selama dibutuhkan untuk mendukung perekonomian yang berusaha lepas dari efek krisis keuangan," ucapnya pada Institute of International Finance.

    Eric Rosengren, presiden Fed bagian Boston yang terkenal dovis, membela keputusan bank sentral AS untuk tidak memangkas laju stimulus moneter, terkait data ekonomi dan resiko fiskal, meski ia mengakui bahwa the Fed mungkin telah salah mengirimkan pesannya. Voting bulan lalu untuk mempertahankan pembelian obligasi pada laju 85 milyar dollar per bulan mengejutkan pasar, memicu volatilitas dan memperburuk outlook pasar mengenai suku bunga, tidak seperti niatan pada petinggi the Fed.

    "Mengingat data ekonomi dan resiko tersebut, menurutku melanjutkan program pembelian aset sudah pasti, dan tetap konsisten untuk mengembalikan tenaga kerja dan inflasi sebesar 2% dalam jangka waktu yang wajar,” ucap Rosengren pada Council on Foreign Relations di New York.

Kamis, 10 Oktober 2013

Optimisme ‘Debt Ceiling’ Menopang Apresiasi Dollar

     Dollar AS menyentuh level tertinggi 2-pekan versus beberapa mata uang utama pada hari Kamis seiring meningkatnya optimisme bahwa anggota parlemen di Washington akan segera mencapai kesepakatan untuk menghindarkan pemerintah dari ancaman default hutang. Anggota parlemen dari Partai Republik dikabarkan akan mengusulkan UU yang mengatur tentang kenaikan plafon hutang untuk jangka pendek. Sebelumnya Greenback sempat berada di bawah tekanan pasca data klaim awal pengangguran AS melonjak ke level tertinggi 6-bulan pada pekan lalu. 

     "Ada beberapa perkembangan positif mengenai plafon hutang. Meskipun mungkin hanya merupakan solusi jangka pendek, itu telah membantu melepaskan Dollar AS dari beberapa tekanan," kata Neil Mellor, analis mata uang pada Bank of New York Mellon. "Sementara minutes pertemuan Fed juga mengindikasikan masih terbukanya peluang tapering pada akhir tahun ini, sehingga mendorong pasar untuk menutup posisi mereka sebelum akhir pekan."

Rabu, 09 Oktober 2013

Obama Nominasikan Janet Yellen Sebagai Kepala Federal Reserve

     Presiden Obama menominasikan wakil kepala Federal Reserve Janet Yellen untuk menggantikan Ben Bernanke sebagai kepala bank sentral AS. Nominasi tersebut menyusul perdebatan selama berbulan-bulan mengenai pilihan antara dirinya dan mantan Menteri Keuangan Larry Summers. Nominasi Yellen sudah mendapat oposisi keras, pada hari Selasa wakil kedua partai Republik di Senat, John Cornyn, menunjukkan kecemasan mengenai Yellen. Obama juga memuji kinerja Bernanke sebagai ketua the Fed, mengatakan "Dirinya adalah sesuatu kekuatan yang menstabilkan, tidak hanya bagi negara kami namun seluruh dunia."

     Menyusul pernyataan dari Obama, Yellen mengatakan bahwa dirinya “terhormat dan tersanjung” oleh nominasi tersebut. “Enam tahun terakhir penuh gejolak dan tantangan bagi perekonomian Amerika,” ucapnya, menambahkan “Kita telah membuat kemajuan. Perekonomian sudah menguat dan begitu juga sistem keuangan."

Minggu, 06 Oktober 2013

Bocorkan 'Isi Dapur' Apple, Citigroup Didenda Rp334 Miliar

     Citigroup terbukti bersalah membocorkan informasi tentang rahasia perusahaan Apple Inc kepada pihak klien dan kolega pada akhir tahun lalu. Atas kelalaiannya, perusahaan bank dengan aset terbesar di Amerika ini dibebankan denda terbesar dalam sejarah kasus kerahasiaan emiten. 

     Sesuai putusan otoritas negara bagian Massachusetts, Citigroup wajib membayar denda $30 juta atau setara Rp334 miliar. Hukuman ini diberikan setelah salah satu stafnya bernama Kevin Chang terbukti membocorkan informasi soal penurunan angka penjualan iPhone kepada pihak lain. Nilai denda kali ini merupakan yang terbesar dalam sejarah kasus kerahasiaan data keuangan di Amerika Serikat.

      Menurut putusan William Galvin, Secretary of the Commonwealth of Massachusetts, analis Kevin Chang terbukti mengirimkan email hasil riset kepada klien-kliennya, yang menjelaskan soal pengurangan jumlah produksi iPhone. Chang, yang mendapatkan informasi ini langsung dari pihak supplier di China, langsung membagi informasi itu dengan 4 perusahaan investasi yakni SAC, T. Rowe Price, Citadel dan GLG Partners. Padahal dalam peraturan yang berlaku, perusahaan keuangan dilarang berbagi informasi tentang kinerja suatu emiten sebelum rilis resmi dilaporkan oleh perusahaan bersangkutan.

     Tiga dari empat investor institusi itu langsung merespon laporan Citigroup dengan menjual saham Apple secara terus menerus sejak informasi Chang didapat sampai waktu di mana Citigroup mengeluarkan laporan resmi tentang hal itu ke pelaku pasar. Ketiganya berhasil menjaga nilai portofolionya dengan melepas saham Apple, yang harganya jatuh tajam sebanyak 5.2% pada 14 Desember 2012 atau hari di mana Chang membocorkan hasil riset Citigroup.

     "Sepertinya pengertian tentang bagaimana cara investor bermain dengan menggunakan hasil analisa perlu ditegakkan lagi. Semoga angka $30 juta bisa membuat jera," cetus Kepala Otoritas William Galvin kepada media. Kasus ini disidik oleh negara bagian Massachusetts karena basis operasional Citigoup memang di wilayah ini. Perusahaan memang sudah mendepak Kevin Chang dari posisinya sebagai analis. Namun bukan berarti citra buruk Citigroup serta merta hilang, khususnya dalam perihal menjaga kerahasiaan informasi. Tahun lalu perusahaan ini juga terpaksa membayar kompensasi $2 juta akibat terbukti membocorkan informasi rahasia sebelum IPO Facebook.

Kamis, 03 Oktober 2013

Barack Obama Batalkan Kunjungan ke Asia

     Kebuntuan mengenai diskusi anggaran AS telah membatalkan rencana Barack Obama untuk berkunjung ke Asia akhir pekan ini. Pihak Gedung Putih mengkonfirmasi pada hari Kamis malam bahwa presiden AS tidak akan mengunjungi Indonesia dan Brunei sesuai rencana ditengah shutdown pemerintahan yang memasuki hari ketiga. Obama dijadwalkan untuk mengunjungi 4 negara, perjalanan selama sepekan penuh ke Asia, untuk mencapai tujuan kebijakan asingnya dan bertemu dengan pemimpin negara Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di pulau Bali Indonesia untuk bernegosiasi kesepakatan dagang besar. Sebelumnya pekan ini, ia juga membatalkan rencana untuk mengunjungi Filipina dan Malaysia, memicu spekulasi bahwa ia akan membatalkan semua kunjungan ke Asia.

    Kongres AS masih belum mencapai kesepakatan mengenai anggaran pemeirntah daerah, memicu terjadinya shutdown parsial pada pemerintahan saat menyentuh batas waktu tanggal 1 Oktober tengah malam lalu. Dalam sebuah wawancara, Obama mengatakan Wall Street harus mulai cemas mengenai apa yang terjadi di Washington. Sementara kebuntuan di Washington merupakan hal yang wajar, “kali ini merurutku Wall Street harus cemas,” ucap Obama.

     Analis mengatakan keputusan untuk membatalkan kunjuan ke Asia dapat mempengaruhi posisi Obama diantaranya mitra-mitranya di kawasan. "Aliansi dan mitra AS di kawasan Asia akan cemas bahwa Amerika Serikat tidak mampu mempertahankan keterlibatannya akibat kebuntuan politik di tanah air," ucap Ernest Z. Bower, dari Center for Strategic & International Studies (CSIS), menambahkan bahwa presiden AS beresiko merusak kepercayaan strategis yang susah payah didapat pada masa jabatan pertama presidennya."

Pola Double Bottom Pada Emas Sinyalkan Rally Menuju $1,425

     Harga emas kemungkinan akan rebound menuju level $1,425 per ons pada kuartal keempat setelah membentuk pola “double bottom,” menurut analisa teknikal oleh Logic Advisors. Harga emas kemungkinan akan naik sekitar 7.9% dari level penutupan terakhir, ucap Bill O’Neill, mitra pada Logic Advisors di Upper Saddle River, New Jersey. Kemarin, harga emas menyentuh $1,276.90, level terendah dalam 8 pekan, menyusul level rendah pertama pada $1,271.80 tanggal 7 Agustus lalu.

    Kemarin, emas mencetak kenaikan terbesar dalam hampir selama 2 pekan dalam spekulasi bahwa Federal Reserve akan menunda tapering stimulus moneter di tengah shutdown pemerintah AS untuk pertamakalinya dalam 17 tahun. Emas sejauh ini telah turun 21% pada tahun 2013, anjlok ke dalam area pasar bearish di bulan April, seiring penguatan pada bursa saham AS ke rekor tinggi dan tingkat inflasi moderat, mengikis daya tarik emas sebagai safe haven.

      “Kita telah melihat harga terpantul naik dari level $1,270, dan nampaknya itu merupakan dasarnya,” ucap O’Neill. “Ketidakpastian politik dan tingkat permintaan fisik juga akan mendukung harga emas.”

Rabu, 02 Oktober 2013

Negosiasi Obama Dengan Republik Kembali Menemui Jalan Buntu

     Negosiasi antara Presiden Obama dengan pimpinan Republik dan Demokrat kembali menemui jalan buntu dan ini berarti government shutdowns masih akan berlanjut. Setelah berdiskusi selama 1 jam, pimpinan Republik di Kongress John Boehner mengatakan Obama menolak untuk bernegosiasi. Pimpinan Demokrat di Kongress Nancy Pelosi dan Pimpinan Demokrat di Senat Harry Reid menuduh Republik berupaya untuk membatalkan asuransi universal Obamacare. Ratusan ribu pegawai negeri AS kembali diliburkan seiring belum adanya kesepakatan bahkan Obama mempertimbangkan kembali perjalanannya ke Asia. 

    Republik masih bersikeras untuk mengurangi efektivitas Obamacare sebagai prasyarat pemberian pendanaan aktivitas pemerintahan AS. Namun, Obama dan Demokrat utarakan itu bukan awal untuk memulai negosiasi. Presiden Obama bahkan utarakan tidak akan ada negosiasi anggaran jika parlemen tidak mengakhiri penutupan aktivitas pemerintahannya. Dalam wawancara dengan CNBC, Obama mengatakan bahwa dirinya tidak senang dengan keenganan Republik untuk memberikan pendanaan.

Selasa, 01 Oktober 2013

‘Shutdown’ Pemerintah AS Menggeser Ekspektasi ‘Tapering’ Fed

      “Lupakan sejenak potensi tapering stimulus Federal Reserve AS pada pertemuan akhir bulan Oktober,” menurut beberapa ekonom pada hari Selasa. Penutupan sebagian pemerintahan AS yang dimulai hari Selasa secara efektif telah memupus kemungkinan langkah kebijakan bank sentral itu, tambah mereka.

     “Shutdown pemerintah AS akan menyebabkan tidak adanya rilis data Non Farm Payrolls hari Jumat nanti dan pengurangan stimulus moneter oleh Federal Reserve pada akhir Oktober,” kata David Blanchflower, seorang profesor ekonomi dari Dartmouth College yang juga merupakan mantan anggota dewan kebijakan Bank of England. “Kondisi itu juga akan memaksa Fed untuk mewaspadai setiap dampak dari penutupan sebagian pemerintahan AS, mengingat kali ini pekerja pemerintahan kemungkinan tidak akan mendapatkan penggantian upah mereka yang tidak diterima selama shutdown.”
 
      Dengan musnahnya potensi pengurangan laju pembelian $85 milyar obligasi per bulan pada pertemuan kebijakan 31 Oktober mendatang, mendorong pelaku pasar untuk menggeser ekspektasi tapering ke rapat kebijakan terakhir Fed untuk tahun ini pada 17-18 Desember.